Redwoodinvesting

Investasi Akan Jauh Lebih Sukses Jika 97% Ide Berakhir dengan “No Thanks”

Sampurna Tanzil
Sampurna Tanzil

Business Investor

Berkshire Hathaway adalah salah satu perusahaan terbesar di dunia. Perusahaan tersebut memiliki puluhan perusahaan yang dimiliki 100% seperti BNSF, See’s Candies, Dairy Queen dan Duracell. Selain Itu ( Berkshire Hathaway ) BRK juga memiliki sebagian kepemilikan dari beberapa perusahaan besar seperti Apple, Coca Cola, Kraft Heinz dan American Express. Dan orang yang ada di balik keberhasilan perusahaan tersebut bertransformasi dari perusahaan tekstil yang buruk menjadi holding perusahaan asuransi yang sukses adalah Warren Buffett dan Charlie Munger.

Hebatnya BRK, secara size adalah perusahaan yang sangat mini, di mana perusahaan tersebut hanya memiliki 25 karyawan saja. Yang lebih hebat lagi perusahaan tersebut hanya memiliki 2 orang analis saja yaitu 2 nama yang disebutkan di atas. Jika kita menilik kepada cerita – cerita awal ketika Warren Buffett mengendalikan BRK, kita akan dapat melihat salah satu hal yang membuat perusahaan tersebut begitu sukses adalah dikarenakan kelihaian Buffett mendelegasikan perusahaan – perusahaan di bawah BRK kepada manager – manager yang kompeten, jujur, berintegritas dan memiliki passion yang tinggi terhadap pekerjaannya. Mulai dari Ken Chase di Berkshire Hataway ( Buffett tidak langsung mengelola divisi tekstil BRK ), Jack Ringwalt di National Indemnity ( perusahaan asuransi pertama BRK ), Chuck Higgins di See’s Candies ( perusahaan penjual permen yang sangat terkenal di California Amerika Serikat ) dan Ben Rosner di Diversified Retailing.

Buffett terus menambahkan orang – orang terbaik dari tahun ke tahun untuk menjadi manager di perusahaan – perusahaan BRK sampai dengan saat ini, sehingga ia tidak harus berurusan dengan operasional perusahaan ( yang mungkin justru akan lebih baik jika dilakukan oleh para managernya ).

Lalu suatu hari seorang relasi Buffett bertanya kepada Buffett, bagaimana kamu bisa sehebat itu dalam memilih orang, kamu pasti adalah seorang yang sangat berbakat dalam menilai orang. Dan menurut penulis, jawaban Buffett atas pertanyaan tersebut sangat mind opening.
“Look I’m no good at choosing people, I try to be very good at saying NO. If you put me in a room with 100 people and you ask me to judge which one is a good guy and which one is the bad one, maybe I’ll find 4 persons are very good quality people and 4 persons is very bad people, I have no opinion about the other 92“.

Buffett is not trying to be smart, ia tidak berusaha untuk menebak secara keseluruhan dari 100 orang tersebut. Buffett hanya “berani” untuk judge 8 dari 100 orang yang benar – benar ia yakini kualitasnya. Ia selalu berusaha untuk melakukan “action” ketika ia benar – benar memahami suatu hal, termasuk ketika ia membeli saham.

Dari cerita tersebut kita dapat mengetahui bahwa kriteria Buffett dalam membeli perusahaan sangatlah ketat. Dari sekian banyak penawaran yang diberikan kepadanya, hanya sedikit yang benar – benar sesuai dengan kriterianya. Hal tentang analisa manajemen di atas menunjukkan kepada kita seberapa ketatnya penilaian tersebut. Belum lagi analisa yang ia lakukan mengenai prospek perusahaan, keunggulan kompetitif perusahaan, circle of competence di bisnis tersebut, kondisi pasar dan banyak lagi. Sehingga dapat kita katakan kemungkinan besar dari 100 penawaran saham ( baik ditawarkan di pasar modal maupun yang ditawarkan langsung kepadanya ) hanya ada 1 yang benar – benar memenuhi kriteria Buffett sebelum membeli perusahaan tersebut.

Oke, lalu apa hubungannya dengan kita sebagai investor individu dengan cerita di atas?

Setiap investor yang baik, memiliki ” kemampuan mengatakan TIDAK ” yang efektif.

Dalam satu tahun terkadang Buffett hanya membeli 1 saham dan tidak melakukan penjualan apapun. Lalu, pada tahun akhir tahun 1960 an, Buffett bahkan tidak membeli saham apapun dikarenakan ia tidak nyaman dengan kondisi market yang sedang sangat euforia ( yang kemudian terjadi crash pada tahun 1972 – 1974 ).

Berkaca pada pemikiran di atas, maka di tahun awal – awal saya berinvestasi di pasar modal yang seringkali ” mudah ” tertarik dengan suatu saham karena kelebihan kasat mata perusahaan mulai bertanya – tanya, ” Kenapa banyak sekali saham yang terlihat menarik ? It doesn’t feel right “. Mengapa seorang Buffett, investor terbaik abad 21 terlihat sangat sulit menemukan saham yang baik, sedangkan saya yang masih pemula pada saat itu memiliki banyak sekali pilihan saham yang terlihat baik.

Tidak seharusnya saham yang baik semudah ini untuk ditemukan, 90% orang yang ada di pasar modal mengalami kerugian, penulis pada saat itu cukup meyakini bahwa analisa yang telah dilakukan tidak cukup dalam atau efektif dalam menilai suatu perusahaan. Setelah itu penulis memutuskan untuk tetap belajar, tetap membeli saham, tetapi ( ini penting ) dengan uang kecil saja. Tujuan utama adalah untuk mengenal dan belajar dinamika berinvestasi langsung di pasar modal ( 3 – 4 tahun sebelum membeli saham pertama, hanya berinvestasi di reksa dana ).

Dan ternyata keputusan tersebut ( untuk tidak terburu – buru menempatkan dana besar di saham ) cukup memuaskan penulis. Banyak sekali kesalahan mendasar di tahun – tahun awal seperti membeli perusahaan dengan manajemen yang kurang baik, membeli perusahaan yang terlihat murah tetapi memiliki banyak masalah, atau merasa mengenal bisnis di suatu sektor yang ternyata jauh lebih kompleks daripada yang dibayangkan sebelumnya

“Be very good at saying NO”

Kata – kata tersebut sekarang selalu penulis gunakan dalam melakukan keputusan investasi saham ( dan bahkan keputusan lain dalam kehidupan sehari – hari, terutama untuk saying NO kepada sesuatu tidak berkorelasi langsung dengan long term goals kita ). Dengan memiliki pola pikir tersebut sedikitnya kita memiliki 3 keuntungan dalam berinvestasi saham :

1. Kita dapat berfokus untuk mempelajari sektor yang kita ingin pahami, yang pada akhirnya mempermudah keputusan investasi ( belajar saham = belajar bisnis, keinginan untuk bisa memahami semua bisnis di Indonesia kurang rasional, kalau tidak boleh dibilang tidak mungkin ).

2. Kita memiliki alat screening terbaik dalam memilih saham, yaitu memilih saham hanya di sektor yang kita pahami. Kita tidak perlu repot lagi untuk ragu – ragu, apakah kita harus membeli saham ANTM atau INCO dengan nikelnya, jika kita memang tidak memahami risiko bisnis di sektor tersebut. Secara otomatis kita dapat melakukan discard kepada 80% emiten yang ada di bursa efek.

3. Kita terhindar dari musuh terbesar, yaitu diri kita sendiri. Dengan secara cepat memutuskan untuk tidak membeli saham yang kita tidak benar – benar pahami, membuat kita aman dari bias psikologi yang membuat kita keluar dari rencana investasi kita. Jika kita memang sejak awal hanya bersedia berinvestasi di sektor banking atau consumer, maka kita tidak akan mudah tergoda untuk membeli saham yang sedang panas di awal tahun 2021 semisal di sektor farmasi dan konstruksi, di mana banyak sekali orang terutama investor saham pemula yang kehilangan banyak uang karena ” tidak ” tahu apa yang sebenarnya mereka beli.

Berkebalikan dari saying NO adalah saying YES easily,

“Saham KAEF menarik mas lagi bullish, ndang tuku!
Hajar Kanan !!!!!”

# 21 Januari 2021
# 6.975 / lembar saham
# Market Cap 37 Triliun
# Nilai Buku 7 Triliun
# P/E Ratio 700+ ( butuh 700 tahun untuk balik modal )i’d rather saying NO

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *