Redwoodinvesting

Semua Investor & Pemilik Bisnis Sukses Adalah Penjudi yang Baik

Sampurna Tanzil
Sampurna Tanzil

Business Investor

Di sekitar akhir tahun 2019 lalu, diberitakan seorang berusia 30 tahun dengan inisial ES ditangkap oleh polisi karena menggadaikan motor temannya tanpa sepengetahuan pemilik. Setelah diselidiki ternyata pelaku menggadaikan barang yang bukan miliknya tersebut dikarenakan hobinya “berjudi” yang menjadi – jadi. Bahkan sebelumnya pelaku juga telah menjual seluruh warisan yang diberikan oleh orang tuanya yang bernilai ratusan juta dan bahkan menggadaikan motornya yang sebelumnya digunakan untuk ia bekerja. Telah diajarkan sejak kita semua bersekolah bahwa “berjudi” adalah perilaku yang buruk yang pada akhirnya akan merugikan siapapun pelakunya.

Namun penulis pada kesempatan ini ingin untuk mencoba melihat “judi” dari kacamata lain, pandangan yang menurut penulis lebih “general”. Mari kita lihat arti kata “judi” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Menurut KBBI “judi” adalah permainan dengan memakai uang atau barang berharga sebagai taruhan. Dan pada kamus yang sama ini “berjudi” diartikan sebagai mempertaruhkan sejumlah uang atau harta dalam permainan tebakan berdasarkan kebetulan, dengan tujuan mendapatkan sejumlah uang atau harta yang lebih besar daripada jumlah uang atau harta semula.

Lalu pertanyaan yang muncul dalam pemikiran penulis adalah, lalu bagaimana judi di meja judi bisa dikatakan berbeda dengan seorang pengusaha yang menggunakan modal ( uang ) nya untuk memulai suatu usaha. Bukankah hal tersebut juga dikatakan sebagai “bertaruh” jika mengingat tidak ada jaminan bahwa uang yang dibelanjakan oleh sang pengusaha untuk sewa tempat kerja, membeli kendaraan operasional, membiayai karyawan dan belanja modal yang lain belum tentu balik modal. Dalam beberapa kondisi, usaha start up terkadang dibiayai pula oleh utang kepada pihak bank. Jika usaha tersebut gagal bagaimana pengusaha tersebut mengembalikan dana tersebut kepada pemberi modal?

Atas pemikiran di atas, penulis berusaha untuk mendefinisikan “judi” dalam artian yang lebih luas

Judi adalah kegiatan mempertaruhkan sesuatu untuk hal yang tidak pasti. Dengan definisi tersebut, kita dapat mengambil contoh menonton film di bioskop yang kita belum mengetahui plot ceritanya. Dengan mengeluarkan biaya sebesar Rp 35.000,- ( atau 2 kali lipat kalau Anda membawa pasangan ) maka kita terekspos risiko bahwa ternyata film tersebut ternyata kurang cocok dengan selera Anda ( Peluang 50/50 – 50% cocok dan 50% tidak cocok ). Jika Anda menyukai film tersebut maka terjadilah good result, dan jika sebaliknya yang terjadi maka terjadilah bad result.

Tentunya hampir semua orang berusaha agar semua deal yang kita lakukan berujung pada good result. Berkaca pada contoh menonton film di atas, apa yang bisa Anda lakukan supaya kita mendapatkan good result ? Ya Benar, kita melakukan search terlebih dahulu melalui internet bagaimana sinopsis cerita tersebut, siapa saja aktornya, siapa production house nya dan apakah kita pernah mendengar cerita itu sebelumnya. Katakan Anda menyukai film action dan aktor Liam Neeson, maka peluang Anda menyukai film berjudul “TAKEN“, “NONSTOP“, ataupun “UNKNOWN” adalah berkisar 80/20 ( 80% kemungkinan menyukai film tersebut dan 20% kemungkinan tidak menyukainya )

Di sisi lain, contoh yang berkebalikan dengan “judi” adalah kegiatan jual beli kebutuhan yang sehari – hari kita lakukan, misalnya kita membeli 1 liter pertalite dimana kita pasti akan mendapatkan jumlah volume 1 liter dengan biaya yang pasti yaitu Rp 7.650,- ( 2020 ) dan tidak ada opsi lain selain kondisi tersebut. Maka kita mendapatkan hasil yang hampir mendekati 100/0. Namun berapa banyak hal di dunia ini yang memiliki probabilitas 100/0 seperti pada saat kita membeli pertalite ? Not so much

Oke, Lalu apa kaitannya penjelasan di atas dengan penjudi yang ditangkap oleh polisi di awal artikel ini dan juga apa kaitannya dengan berinvestasi?

Jika kita mencoba untuk merefleksikannya kembali, maka ada persamaan antara judi kartu di meja casino dengan menyekolahkan anak kita di sekolah terbaik dengan biaya yang tidak murah, yaitu adanya ketidakpastian. Apakah ada yang bisa menjamin 100% bahwa dengan bersekolah di sekolah X akan membuat anak pasti sukes? Sebaliknya judi negatif dengan bermain kartu ( yang sering membuat orang bangkrut ) juga tidak selalu berujung kekalahan.

Namun ada satu perbedaan yang mendasar antara judi yang baik dan judi yang buruk, yaitu ada di Disparitas Peluang antara kemungkinan good result dengan bad result. Yang dimaksud dengan disparitas peluang di sini adalah perbedaan kemungkinan berhasil dibandingkan dengan kemungkinan gagalnya. Kita asumsikan saja peluang yang baik adalah 70/30 dan semakin tinggi dari 70% adalah semakin baik. Dan hal ini kemudian menjawab mengapa seorang yang punya kebiasaan berjudi kartu di meja judi umumnya berakhir dengan kebangkrutan.

  1. Dikarenakan orang tersebut bermain di permainan di mana peluang menang lebih kecil daripada peluang kalah, contoh permainan Roullette ( 49/51 ), permainan dadu ( 17/83 ), dan tipikal permainan di casino lainnya. Pengelola Casino tidak akan membuka usaha dan terus menawarkan makanan dan entertainment gratis jika mereka tidak menghasilkan keuntungan bukan?
  2. Faktor psikologis, manusia banyak sekali memiliki bias ketika berhadapan dengan keadaan yang tidak pasti. Sebagai contoh, ketika seseorang yang sudah kecanduan judi dadu, hampir tidak ada pemain yang berhenti bermain kecuali ketika uangnya sudah habis ( sangat jarang ada orang yang berhenti bermain ketika menang, kenapa harus berhenti jika menang? ). Ketika telah menang berturut turut dan kemudian mengalami kekalahan, seseorang biasanya juga merasa penasaran dan tetap mencoba terus.

Di sisi lain yang jarang disebutkan sebagai judi, sebenarnya ada “judi” yang baik jika kita mengambil keputusan berdasarkan kemungkinan probabilitas dan pengelolaan emosi yang baik. Bersekolah ( atau kuliah ) di tempat yang baik adalah salah satunya. Peluang diterima bekerja di perusahaan yang baik akan meningkat semakin besar ( asumsi 70/30 ) jika dibandingkan dengan kita hanya bersekolah di tempat yang kualitasnya kurang baik atau malah tidak bersekolah ( asumsi 10/90 ). Bukan berarti dengan bersekolah di tempat terbaik maka kita pasti akan bekerja di tempat yang kita inginkan, namun kita dapat berusaha dan memperbesar peluang kita.

Juga kita dapat ambil contoh ketika kita keluar rumah dengan menggunakan motor atau mobil untuk bekerja atau bersekolah. Secara teori, selalu ada peluang terjadi kejadian yang tidak diinginkan terjadi di perjalanan ( asumsi 99,9/0,1 ). Selalu ada risiko meskipun peluang tersebut sangat kecil sekali ( karena nasib tidak bisa ditebak 100% ), tetapi bukan berarti kita kemudian memutuskan untuk tidak keluar rumah kan?

Hubungan Judi dengan Berinvestasi

Pahamilah bahwa dengan menggunakan strategi apapun dalam berinvestasi di kelas aset manapun baik itu deposito yang paling aman sekalipun pasti ada risiko kehilangan semisal terjadinya kerusuhan atau adanya kecurangan oleh pihak orang dalam bank ( asumsi 99/1 ). Karena itu segeralah menjauh apabila ada pihak yang mengklaim bahwa investasi apapun yang ia tawarkan adalah 100% aman apalagi ditawarkan dengan imbalan yang cukup tinggi ( fixed > 10% / tahun ), justru pada investasi seperti demikian risiko biasanya paling besar karena adannya kecurangan dengan menggunakan greed pada psikologi seseorang.

Lalu bagaimana dengan berinvestasi pada saham ?

Penulis kurang setuju apabila ada pihak yang mengatakan bahwa investasi saham itu bukanlah judi apalagi dikatakan pasti aman 100%. Pada sebelum tahun 1980 an, Eastman Kodak adalah perusahaan besar di Amerika yang produknya dapat ditemukan di hampir semua negara di dunia. Tetapi setelah era 1980 an kondisi perusahaan terus saja menurun dikarenakan kurang kompetitifnya perusahaan dalam mengantisipasi perubahan jaman. Kekuatan perusahaan menghasilkan keuntungan dari penjualan roll film kamera justru menjadi penghalang perusahaan untuk benar – benar serius berinvestasi dan mengembangkan usaha kamera digital yang justru digunakan oleh orang – orang saat ini. Namun pada tahun 1970 an kemungkinan semua orang yang ada di pasar modal menganggap berinvestasi pada perusahaan Kodak adalah salah satu investasi yang paling aman di dunia ini. Jangan tanya harga sahamnya sekarang ada di mana.

Lalu jika memang berinvestasi pada saham begitu inkonsisten bagaimana kita sebagai investor individu bertahan dan menghasilkan pertumbuhan aset yang baik dari pasar modal ?

BERJUDILAH DENGAN BAIK

Berinvestasilah pada saham perusahaan di mana kita memiliki pengetahuan yang cukup tentang produk, kualitas manajemen, keungguan kompetitif perusahaan dibandngkan dengan kompetitor, dan kondisi keuangan perusahaan yang bisa kita lihat dari laporan – laporan keuangan perusahaan tersebut. Dengan memiliki informasi yang cukup sebelum membeli sebuah saham, sehingga kita memiliki kemungkinan yang lebih besar dalam menumbuhkan aset investasi kita di saham. Lakukan lah keputusan investasi jika kita merasa kita memiliki peluang paling tidak 80/20 atau lebih baik dari angka tersebut. Lakukanlah tracking hasil investasi kita pada setiap tahunnya paling tidak untuk 5 tahun performa, sehingga kita bisa melakukan judgement, apakah kita melakukan judi yang baik atau judi yang buruk.

Keberhasilan melakukan investasi di pasar modal ( ataupun investasi yang lain ) adalah dilihat dari konsistensi keberhasilan seseorang dari sekian banyak hasil investasi yang ia lakukan. Keberhasilan 1 – 2 kali apalagi di saat pasar memang sedang euforia tidak akan memberikan informasi apa – apa kepada kita mengenai kualitas dari keputusan yang dibuat oleh sang investor. Bahkan penulis dapat mengatakan bahwa menjadi seorang pemain poker profesional dengan winning rate baik dalam jangka waktu panjang, adalah lebih baik dibandingkan dengan seorang pekerja kantoran yang telah puluhan tahun kerap masuk dan keluar perusahaan karena ia merasa tidak pernah puas dengan kondisi internal perusahaan – perusahaan tempat ia bekerja. Pekerja tersebut adalah penjudi yang buruk, dikarenakan jika ia bekerja dengan baik di sedikit perusahaan, maka ia tentu akan mendapatkan kompensasi yang lebih layak dibandingkan dengan kerap berganti tempat kerja. Pesan utama yang ingin penulis sampaikan pada artikel ini adalah bahwa benar investasi di saham adalah judi, namun begitu pula dengan kita bersekolah lalu bekerja pada suatu perusahaan. Ketika kita bekerja di suatu perusahaan dan tiba – tiba perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan. Jika, hampir semua aspek yang kita lakukan dalam hidup kita sangat dekat dengan ketidakpastian, maka cara terbaik adalah dengan mengantisipasinya. Pastikan kita tidak hanya memiliki 1 sumber penghasilan saja, pastikan kita memiliki dana darurat yang dapat digunakan bila terjadi sesuatu yang tidak diharapkan terjadi. Dalam investasi saham, pastikan bahwa kita sebaiknya hanya membeli saham yang kita punya pengetahuan lebih dan cukup pada perusahaan tersebut, pastikan kita tidak menggunakan uang yang akan kita gunakan dalam jangka waktu dekat karena pasar dapat berfluktuasi tanpa diduga sebelumnya, dan pastikan kita juga memiliki kondisi psikologi yang cukup mandiri sehingga tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain. Hal – hal tersebut akan membantu kita untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, make a bet only when you have the edge.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *