Katakanlah ada sebuah seminar tentang investasi diadakan dan pembicara seminar tersebut menanyakan kepada para peserta yang hadir, siapa saja yang di sini adalah seorang investor jangka panjang?
Hampir semua menjawab ( atau katakanlah paling tidak lebih dari setengahnya ) akan mengangkat tangan mereka.
Siapa yang tidak ingin menjadi long term value investor? Sudah sangat banyak bukti hidup seberapa powerfulnya investasi jangka panjang seperti yang ditunjukkan oleh Warren Buffett, Charlie Munger, Li Ka Shing, Lo Kheng Hong, Sandiaga Uno dan banyak sekali contoh lainnya yang mungkin tidak terdengar akrab di telinga sebagian besar orang seperti Chuck Acre, Tom Russo, Tom Gayner. Sedangkan dari short term minded investor, saya sendiri pribadi belum pernah mengingat ada 1 nama yang benar – benar menjadi kaya raya dengan menggunakan strategi jangka pendek ( bukan tidak ada, mungkin saja saya yang memang tidak tahu ).
Kenyataanya ada sebuah studi yang dilakukan oleh salah satu universitas di Taiwan, yang menyebutkan bahwa lebih dari 90% peserta pasar saham, adalah short term minded participant ( kalau dibilang short term investor juga kurang pas soalnya ). Saya tidak langsung percaya. Saya coba survei ke circle saya sendiri, kepada family, sahabat dekat, teman dan juga beberapa klien di usaha saya. Dan ternyata memang hampir tidak ada yang benar – benar menerapkan apa yang disebut dengan “long term investing”, karena hampir tidak ada dari mereka yang setelah saya tanyai, pernah pegang saham lebih dari 1 tahun. Sejauh ini saya hanya mengenal dua orang yang benar – benar menerapkan long term investor minded ( seperti layaknya investasi properti yang di sewakan tanpa ada rencana dijual oleh pemiliknya ).
Beberapa influencer yang saya ketahui ( dan ada yang saya kenal ) meskipun mereka pengagum Warren Buffett dan Lo Kheng Hong, beberapa dari mereka juga tidak benar – benar long term investor karena beberapa dari mereka juga masih menggunakan strategi trading. Saya tidak mengatakan bahwa trading tidak bagus, karena memang saya tidak benar – benar memiliki pemahaman akan proses berpikir, analisa, pengambilan keputusan, alokasi dana para pelaku trader. Poin saya adalah, dengan begitu banyaknya bukti bahwa investasi jangka panjang begitu menjanjikan, mengapa tidak banyak orang yang mengadopsi strategi ini secara menyeluruh? Mengapa long term investing tidak mudah untuk dilakukan ?
3 poin yang menjadi faktor utama, mengapa long term investing tidak mudah untuk dilakukan :
- Long term Investing itu lama, kelamaan atau bahasa inggrisnya, kesuwen.
Benar bahwa long term investing memiliki prediktabilitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan short term ( laporan keuangan kuartal bagus belum tentu membuat harga saham naik, tetapi laporan keuangan konsisten bagus dalam 10 tahun hampir pasti harga sahamnya mengikuti ).
Buat seseorang yang memiliki pemahaman sedikit tentang pembangkit tenaga listrik, hampir dipastikan ia juga mengetahui harga batubara $50 per ton di tahun 2020 adalah terlalu murah, sehingga ia bisa untuk membeli saham ADRO, INDY, ITMG, PTBA atau kawan – kawannya. Dan memang benar rata – rata dari saham – saham perusahaan tersebut telah mengalami kenaikan harga saham 200% atau lebih. Tapi, kenaikan itu membutuhkan waktu rata – rata sekitar 2 tahun. Mayoritas orang tidak mau menunggu 2 tahun di pasar modal. Slogannya biasanya “kalau bisa cepat buat apa pilih yang lama”. - Andai kita sudah menerima kenyataan bahwa realisasi dari tesis kita akan terbuktikan paling tidak membutuhkan waktu yang cukup lama, tetapi, analisa yang kita telah buat belum tentu benar.
Kalau sudah menunggu lama, kan capek juga kalau ternyata tidak profit, atau lebih buruk, sudah menunggu 2 tahun tapi malah rugi. Rugi 2 hal, uang dan waktu, yang kedua biasanya lebih mahal. Ketakutan semacam ini yang membuat cukup banyak orang menghindari time frame lama / long term ( which is a good opportunity for people like us ). Baik hasilnya untung atau rugi, kebanyakan orang ingin sesegera mungkin hasil tersebut. Kan nggak enak kalau digantung, ya nggak? - Sudah mau menunggu lama, analisa sudah benar terealisasi, ada satu poin penting lagi. beli nya berapa banyak? Saham adalah “heavy lifter” di mana alat investasi yang satu ini bisa “mengangkat” berapapun uang yang kamu miliki. ADRO naik 300% misalnya dalam waktu 2 tahun, kalau belinya cuman 100 ribu, ya ngga ada impact nya. kita bisa kerja harian apapun dan mendapatkan jumlah uang yang sama dalam hitungan hari. Kelebihan saham inilah yang menarik orang super kaya untuk fokus kepada investasi, daripada bisnis aktif mereka.
Hal ini sekaligus menjadi kelemahan investasi saham yaitu, membutuhkan dana yang besar ( jika ingin profit signifikan ). Investor yang mendapatkan 10 baggers pun ( untung 1000% ) tidak akan memberikan dampak yang signifikan jika ia hanya membeli saham dalam jumlah kecil dan akan lebih baik jika mendapatkan profit hanya 1 bagger ( 100 % ) asalkan menggunakan dana alokasi yang cukup besar.
3 alasan di atas inilah yang “memaksa” kebanyakan orang memilih cara investasi yang lebih mengarah kepada jangka pendek daripada investasi jangka panjang. Pernah punya pengalaman dengan 3 kesulitan di atas? share pengalamanmu di kolom komentar ya
Cheers,
Sampurna