Mendapatkan dividen besar karena memegang salah satu saham, umumnya adalah hal bagus yang membuat kita bersemangat, wong diam diam dikasih duit, besar lagi seharusnya senang dong
Apalagi kalau belinya di harga 300 maka dengan dividen 100 per lembarnya kan dapat pendapatan pasif 33%, di mana lagi memangnya kita bisa menemukan instrumen investasi yang bisa kasih kita sebesar itu yield nya, surat utang negara yang kasih 8% per tahun aja sudah tinggi banget. Inilah hal yang terjadi pada pemegang saham TOTL jika memegangnya sebelum bulan Mei 2023.
Tetapi besarnya dividen yield tadi sebenarnya malah menurunkan keyakinan untuk tetap hold TOTL, apa alasannya?
TOTL / Total Bangun Persada, secara singkat adalah perusahaan yang memiliki track record panjang sebagai kontraktor bangunan gedung tinggi seperti apartemen dan perkantoran dengan kualitas High end. Dalam beberapa tahun terakhir, saham perusahaan ini mengalami penurunan yang lumayan signifikan dari sekitar Rp 600 menjadi Rp 300 per lembar sahamnya (dari market cap sekitar 2 Triliun menjadi 1 Triliun)
Seperti kita tahu, jika ingin turut menjadi pemilik suatu perusahaan, kita dapat membeli perusahaan tersebut sehingga kita turut memiliki kepemilikan perusahaan tersebut, tanpa harus memiliki uang triliunan membelinya, dan itu memang adalah tujuan utama kenapa pasar saham itu ada.
Oke, lalu dengan membeli saham TOTL pada sekitar tahun 2020 – April 2023 yang berkisar di market cap 1 Triliun apa yang akan kamu dapatkan?
Di dalam perusahaan Total Bangun Persada, ada salah satu aset likuid yaitu uang kas yang jumlahnya berkisar di antara Rp 800 – Rp 900 Miliar, di mana perusahaan hampir tidak memiliki utang berbunga. Jadi dapat dikatakan secara garis besar, kita dapat membeli barang seharga Rp 1 Triliun lalu mendapatkan cash back sebesar Rp 900 Miliar dalam bentuk kas dan setara kas tadi.
Harga bersih yang kita beli tadi, dapat kita namakan dengan Enterprise Value (EV). Singkatnya, dengan EV yang hanya 100 – 200 Miliaran ( EV = harga beli bersih tadi ), kita akan balik modal hanya dalam waktu 1 – 2 tahun, mengingat kisaran net profit TOTL dalam beberapa tahun terakhir adalah juga berkisar Rp 100 – Rp 200 Miliar per tahunnya.
Hal ini membuat TOTL secara valuasi sangat menarik pada saat itu. Namun pembagian dividen tahun 2023 merubah tesis di atas.
Pada pertengahan Mei 2023, manajemen TOTL mengumumkan
– akan membagian dividen senilai Rp 340 Miliar,
– yang berarti setiap pemegang sahamnya akan menerima dividen Rp 100 per sahamnya, dan
– jika membeli saham TOTL di harga Rp 300, maka setiap uang Rp 10 juta akan “menghasilkan” Rp 3 juta setelah pajak ke kantong masing – masing pemegang sahamnya.
Hanya saja ….
Uang kas yang sebelum pembagian dividen Rp 890 Miliar akan menurun jumlahnya menjadi Rp 540 Miliar saja. Sedangkan bagaimana dengan market cap nya ?
(market cap = nilai perusahaan jika dijual seluruhnya berdasarkan harga saham per lembar terakhir)
Market Cap perusahaan yang dulunya hanya Rp 1 Triliun akan menjadi sekitar Rp 1,5 Triliun, justru karena adanya dividen jumbo tadi membuat harga sahamnya naik menjadi sekitar Rp 420 atau naik sekitar 30% – 40% an.
Dengan adanya perubahan kedua hal di atas, yaitu
– Market cap yang naik menjadi Rp 1,5 Triliun dan
– Cash yang turun menjadi sekitar Rp 550 Miliar, maka
– EV perusahaan naik drastis menjadi sekitar Rp 900 Miliar
– Hal ini menyebabkan perkiraan waktu balik modal dengan angka EV yang baru berubah dari 1 – 2 tahun menjadi berkisar antara 4 – 9 tahun.
Kejadian ini membuat “murah” nya valuasi perusahaan yang terlihat pada saat sebelum membagikan dividen jumbo, tidak terlihat lagi dengan jelas (murahnya).
Apakah kalau yang sudah beli TOTL sebaiknya sell?
Dalam pendekatan value investing ada 2 jalur utama yang dapat kita adopsi. Yang pertama adalah jalur value investing 1.0 yang dipopulerkan oleh Ben Graham. Sedangkan yang kedua adalah jalur value investing 2.0 yang dipopulerkan oleh Philip Fisher.
Jika pendekatan kita pada saat membeli TOTL adalah value investing 1.0, di mana kita merasa TOTL menarik karena valuasinya tadi, di mana EV/EBIT yang hanya berada di angka 1 – 2 tahun menjadi 4 – 9 tahun, maka investor tipe ini mungkin dapat mempertimbangkan untuk menjual saham dalam kondisi seperti ini karena adanya penurunan signifikan di margin of safety di saham tersebut.
Namun jika pendekatan value investing 2.0 adalah yang digunakan ketika membeli TOTL (misalnya meyakini ada alasan yang kuat bahwa net profit TOTL akan naik 300% dalam waktu tidak terlalu lama), maka investor tersebut tidak terlalu perlu mempertimbangkan kenaikan EV di atas sebagai alasan untuk menjual saham TOTL. Margin of safety pendekatan ini bukan didapatkan dari valuasi, melainkan prospek perusahaan di masa depan.
Mengenali pendekatan apa yang kita gunakan pada saat kita membeli sahamnya sejak awal, akan sangat membantu kita untuk mengambil keputusan yang lebih baik, pada saat terjadi suatu perubahan signifikan yang terjadi pada perusahaan (di TOTL perubahan signifikannya dividen yield naik dari rata – rata 6% menjadi 33%), karena mengambil keputusan investasi tanpa kita mengingat apa alasan beli kita akan sangat membingungkan, membuat kita menjadi ragu – ragu, dan membuat kita terlalu mudah untuk menyesal atas hasil yang terjadi.
Hope it helps you make a better decision ahead
Cheers!
20/5/23
01.55