“Saya ingin beli ASII nih min? Berapa ya jumlah uang yang sebaiknya saya investasikan di saham ini ?”
Pertanyaan ini adalah salah satu pertanyaan yang paling sering ditanyakan oleh banyak orang (saya juga sih) sebagai investor. Jawaban paling umum yang paling banyak saya dengar adalah berkisar 5% sampai dengan 35% untuk 1 saham. Tetapi pertanyaan berikutnya juga penting tetapi jarang terpikirkan
5% dari angka apa?
dan jika jawabannya adalah 5% dari total dana untuk saham, lalu bagaimana menentukan jumlah alokasi dana maksimal khusus untuk investasi saham?
lalu, apa benar semua orang ideal untuk mulai mengalokasikan dana untuk investasi saham?
kita coba diskusikan pada artikel ini ya, let’s roll …
Investasi saham hanya 1 dari 7 aspek penting personal finance dan dalam personal finance, ada 7 aspek penting yang harus dipenuhi oleh masing masing dari kita, apa saja itu?
Breakdown Personal Finance
1. Pendapatan / Income
2. Pengeluaran Rutin
3. Tabungan untuk Kebutuhan Jangka Pendek
4. Tabungan untuk Dana Darurat
5. Asuransi Jiwa dan Kesehatan
6. Investasi Jangka Panjang
7. Tax Planning
Kita utak – atik satu per satu dengan singkat
Yang pertama income,
ini adalah ibarat darah dalam tubuhmu. Income adalah yang utama dalam personal finance mu. Tidak ada kompromi untuk aspek yang satu ini, dan otomatis harus difokuskan terlebih dahulu sebelum berangkat ke 6 aspek yang lain. Sebegitu pentingnya aspek ini, sampai – sampai sebagian besar orang hanya merasa income mereka sajalah yang paling penting untuk urusan personal finance mereka.
Betul ini penting sekali, hanya saja kenapa Mike Tyson atau banyak artis berkekurangan secara finansial di masa tua mereka, padahal Income mereka besaarr sekali selama masa jaya mereka. Income penting, tetapi income besar biasanya dirusak oleh aspek kedua.
Pengeluaran rutin,
Pengeluaran untuk kebutuhan makan sehari – hari, listrik, air, PBB, pajak kendaraan bermotor adalah beberapa contoh pengeluaran rutin. Umumnya orang bermasalah dengan aspek ini karena satu jenis pengeluaran rutin yaitu Gaya Hidup. Ngemall dan Starbucks, Ganti Mobil dan HP terbaru, dompet dan tas bermerk atau liburan mewah, adalah contoh pengeluaran gaya hidup yang biasanya “bikin masalah”
Pendapatan sebesar apapun akan bermasalah jika aspek kedua ini tidak dikelola dengan baik.
Aspek ketiga,
tabungan untuk kebutuhan jangka pendek
yang termasuk kategori ini adalah sejumlah uang yang sengaja kita sisihkan setiap bulannya untuk membayar kebutuhan yang akan muncul maksimal 3 tahun dari sekarang. Dana untuk masuk sekolah anak, untuk menikahkan anak, atau untuk membeli / DP rumah sebelum menikah termasuk ke dalam golongan ini.
Alokasi dana ini dilarang masuk ke dalam investasi ke dalam saham. Bayangkan kalau dana ini kita butuhkan sesaat setelah covid breakout dan dana tersebut ada dalam bentuk saham hampir dipastikan kita kehilangan lebih dari 30% nilai dari tabungan tersebut (ya kalau ada 1 M, tinggal 700 juta)
Dana jangka pendek ini sebaiknya disimpan dalam bentuk tabungan yang rendah fluktuasi seperti reksa dana pasar uang / deposito (obligasi negara pun cukup beresiko menurut saya, apalagi kalau dananya gede)
Aspek keempat dan kelima,
dana darurat & asuransi
Beberapa kali dalam hidup saya terjadi hal tidak diduga yang cukup membuat stres pikiran saya. Tetapi paling tidak, secara finansial beban itu tidak terlalu dirasa berat karena pengelolaan kedua aspek ini dengan benar. Dana darurat membantu kita lolos dari masalah no income beberapa saat di awal pandemi, dan asuransi membantu kita ketika dapat jackpot sakit yang harus ngamar di rumah sakit, yang kalau di akumulasi mencapai ratusan juta rupiah
Dana darurat dan asuransi memiliki karakteristik yang sama, yaitu perasaan ketidakbergunaan untuk jangka waktu yang lama, dan kelegaan yang signifikan ketika “jackpot” kebetulan mampir. Setiap orang perlu memiliki keduanya. Dana darurat bisa ditempatkan di reksa dana pasar uang. Dana darurat juga dilarang dimasukkan ke dalam saham. Coba dibaca lagi kalimat terakhir.
Aspek ketujuh, tax planning (aspek investasi belakangan deh sekalian)
Pajak menjadi kompleks sebenarnya karena kebanyakan orang menunda – nunda untuk melaporkan pajak dengan benar (seperti saya sebelumnya), dan saya harus menghabiskan dana yang jauh lebih besar ketika terlalu lama menunda memperbaiki aspek yang satu ini.
Saya tidak akan terlalu dalam membahas aspek ini karena bukan ahli dalam perpajakan juga, tetapi satu hal yang pasti benar, jika kamu berencana untuk menjadi kaya, benerin deh pajakmu sejak awal.
Dan baru akhirnya kita sampai pada
Aspek keenam yaitu investasi,
Sebenarnya buat apa berputar – putar toh ke aspek personal finance lain kalau sebenarnya pertanyaan nya cuma
“Berapa ya bagusnya jumlah uang yang saya mau belikan ASII?”
Berhubungan kok, karena pertanyaan di atas akan baru bisa dijawab dengan menjawab pertanyaan berikut terlebih dahulu :
• Apakah dana darurat sudah terbentuk?
• Apakah sudah punya asuransi yang sesuai dengan kebutuhan?
• Apakah semua utang konsumsi sudah terlunasi?
• Apakah sudah menentukan profil toleransi resiko investasi?
Apabila dana darurat sudah terbentuk, asuransi yang dibutuhkan sudah dimiliki dan tidak punya utang konsumsi (kalau 3 aspek ini belum beres udah jangan “main – main” dengan saham karena resiko yang kamu tanggung akan menjadi besar) baru kita mulai berinvestasi dan bisa menentukan angka
Profil resiko saya kategorikan menjadi 3 :
1. Saya kurang sanggup melihat fluktuasi
2. Saya sanggup melihat fluktuasi selama tidak terlalu ekstrim
3. Apa itu fluktuasi? Saya sanggup melihat saham saya menjadi nol kok bang.
Orang tipe pertama sebaiknya mengalokasikan paling tidak memiliki 10 saham (maksimal 10% setiap saham). Jadi ASII dibeli hanya menggunakan maksimal 10% dari dan untuk investasi saham saja sedangkan,
Orang tipe kedua dapat memiliki 5 – 10 saham dalam portofolionya (maksimal 20% alokasi dari seluruh total alokasi investasi saham untuk membeli ASII tadi) dan kalau kamu orang tipe berikutnya,
Orang tipe ketiga dapat membeli minimal 3 tipe saham (tetap harus ada diversifikasi kalau menurut saya), di kasus ASII, saham tersebut bisa dibeli dengan maksimal alokasi 35% – 40%
Dan seluruh pembelian saham di atas tidak menggunakan dana dari kategori lain selain dana dari alokasi kategori investasi.
Kalimat ini penting sekali. Karena akan selalu ada orang yang “panas” untuk all in sekalian memasukkan dana darurat dan uang untuk DP rumah. Percaya deh, resikonya tidak sebanding jika ternyata “analisamu” salah.
Inilah workframe untuk menentukan berapa jumlah investasi saham yang lebih sistematis, menyesuaikan dengan kondisi personal finance tiap masing – masing investor.
Conclusion
Kenapa min tidak langsung saja membeli ASII tadi dengan metode perkiraan saja?
Karena akan ada manusia yang membeli 1 saham saja dengan menggunakan seluruh uang yang dia punya karena merasa yakin sekali akan keputusan tersebut, menggunakan dana yang seharusnya beresiko jika dimasukkan ke dalam investasi saham.
Investasi berbeda dengan menabung, karena dalam kegiatan menabung tidak perlu memasukkan faktor resiko fluktuasi sehingga dana bisa dicairkan kapanpun ketika dibutuhkan.
Sedangkan dalam investasi, faktor fluktuasi sangat penting dipertimbangkan dengan cara hanya memasukkan dana yang hampir dipastikan tidak digunakan dalam minimal 3 – 5 tahun ke depan
Atas alasan ini juga kampanye “mari menabung saham” kurang (atau bisa dikatakan tidak) masuk akal
Okay, hope all these help, cheers!
2 thoughts on “7 Hal yang Harus Kamu Perhatikan Untuk Alokasi Dana Sebelum Membeli Saham”
I’ve been surfing online more than three hours today, yet I never found any interesting article like yours.
It is pretty worth enough for me. In my opinion, if all site
owners and bloggers made good content as you did, the web will be a lot more useful than ever before.
Happy to hear that