Redwoodinvesting

Mengapa 80% Bisnis Bangkrut di 5 Tahun Pertamanya? Bagaimana Cara Mengelola Bisnis Agar Bertahan dan Terus Bertumbuh

Review Buku – Entrepreneur Myth Revisited – Part 1

Data di atas menunjukkan bahwa mendirikan bisnis yang sustainable tidak mudah dan permasalahan tersebut coba untuk dibahas dalam pada buku E-myth Revisited. Buku ini berisi tentang poin – poin penting yang harus menjadi bahan pertimbangan pengusaha / calon pengusaha sebelum mulai terjun di bisnis mereka. Apa saja jebakan – jebakan yang membuat banyak pengusaha pemula / yang sudah cukup lama mengelola bisnisnya kesulitan untuk mengembangkan bisnisnya, dana bagaimana untuk mengembangkan bisnis tersebut. Atau jika kamu adalah salah satu investor saham yang meyakini aliran fundamentalis. Pengetahuan yang diberikan buku ini akan melengkapi informasi kita untuk lebih mengenal keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh perusahaan. Apa saja Point of Interest dari buku ini, berikut key takeaways yang saya dapatkan :

  1. Entrepreneurial Seizure, adalah saat di mana seseorang yang bekerja pada perusahaan berada di ambang batas kesabaran, untuk keluar dari rutinitas pekerjaan sehari hari, dan ingin memiliki bisnis sendiri, agar bebas dapat bekerja tanpa diatur oleh orang lain.
  2. Asumsi para pekerja yang ingin memiliki bisnis sendiri, jika mereka mengerti tentang teknis operasional tentang suatu bisnis, berarti mereka telah mengerti bagaimana menjalankan bisnis yang di dalamnya berisi tentang pekerjaan teknis.
  3. Pekerja tadi, kemudian akhirnya berani mengambil tindakan untuk memenuhi keinginannya memiliki bisnis, di mana sebenarnya terdengar masuk akal, karena tentu ia sangat paham produknya. Namun hal yang terjadi umumnya adalah rasa bersemangat yang tinggi, kemudian teror mendatangi, kemudian kelelahan fisik dan psikis yang teramat sangat, dan akhirnya putus asa. 80% dari bisnis yang didirikan, bangkrut di tahun pertama dan dalam 10 tahun hanya tersisa kurang dari 2% nya.
  4. Setiap orang yang memiliki sebuah bisnis memilki 3 peran (self) :
    a. technician
    b. manager
    c. entrepreneur
    dan ketiga peran ini memiliki hobi yang sama, berkonflik dengan satu sama lain
  5. Entrepreneur adalah penentu arah, bisnis di bidang apa yang dibuat, model bisnis apa yang digunakan, menentukan apa kelebihan utama perusahaan dibandingkan dengan kompetitor.
  6. Manager adalah regulator, pembuat pagar, pembuat reward dan punishment, pengukur kinerja suatu tim, singkat kata manager adalah perpanjangan tangan entrepreneur untuk memastikan misi yang dibuat entrepreneur dapat terjadi.
  7. Technician adalah pelaku kerja operasional, ujung tombak yang melakukan kegiatan operasional detail agar dapat terselesaikan.
  8. Technician yang efektif adalah pekerja yang melakukan pekerjaannya dengan tanpa berpikir / automated activity. Kegiatan berpikir justru menghambat kerja seorang technician. Contoh, seorang driver tidak memerlukan proses berpikir yang mengandalkan konsentrasi tinggi untuk membelokkan setir ketika berbelok, menyalakan lampu sein dan melakukan pengereman kendaraan ketika mendekati lampu merah.
  9. Manager yang efektif adalah manager yang membuat dan bertanggung jawab terhadap peraturan yang dibuat agar technician dapat bekerja dengan sebaik mungkin, dengan hanya membutuhkan sedikit konsentrasi dari para technician. Contoh, Pendiri McDonald’s menemukan suatu sistem untuk membuat burger yang enak dan seragam di lebih dari 100 negara, hanya dengan menggunakan tenaga kerja lokal, tanpa orang tersebut perlu lulus dari sekolah memasak sebelumnya.
  10. Entrepreneur yang efektif adalah nahkoda kapal bisnis yang menentukan arah perusahaan dengan baik dan memilih dengan tepat manager yang sesuai dengan kebutuhan setiap divisi. Contoh, Meskipun memiliki manager dan technician yang baik, Nokia, Blackberry dan Toy’s R Us tidak dapat melanjutkan eksistensinya di masing – masing usahanya.
  11. Mengapa orang yang bekerja di bidang tertentu tidak sedikit yang gagal ketika menjadi pengusaha di bidang tersebut?
    Karena tidak sedikit orang yang menganggap bahwa menguasai teknis suatu produk atau service, adalah sama dengan menguasai seluk beluk suatu bisnis. Technician hanya satu bagian dari 3 peran untuk suatu bisnis dapat menjadi sukses.
  12. Memiliki resep pangsit mi yang enak dan terampil membuat hidangan tersebut, sama sekali tidak cukup untuk membuat bisnis kuliner berhasil. Ini adalah tugas technician.

    Peran entrepreneur dibutuhkan untuk menjawab, siapa pembeli yang ideal produk ini, apakah anak sekolah, anak kuliah, pekerja kantoran atau keluarga yang sedang berjalan jalan di akhir pekan, pertanyaan ini menentukan range harga jual, nama makanan dan minuman, lokasi penjualan produk, atau konsep interior restoran (interior terlalu elegan belum tentu bagus, jika jualannya nasi pecel).

    Peran manager dibutuhkan untuk standarisasi, tanpa manager yang melakukan kontrol atas kualitas makanan, technician bisa saja tanpa secara sadar memasak dengan garam terlalu banyak / terlalu sedikit, berdasarkan mood!
  13. Oke berarti memang menjalankan ketiga peran dengan seimbang penting, tetapi tak bisakah saya seorang diri saja menjadi ketiganya? Karena saya cukup “malas” untuk me-manage orang lain ke dalam bisnis saya.
    Bisa selama usahanya stay small!
    yang berarti produk perusahaanmu tidak terlalu dibutuhkan oleh pasar, karena jika produk dibutuhkan oleh pasar, hanya dari mulut ke mulut saja, sebaik dan setekun apapun kamu bekerja, cepat akan lambat kuantitas pekerjaan technician akan bertambah besar dan bertambah besar dan bertambah besar, sehingga pada titik tertentu kamu kehabisan waktu mengerjakan pekerjaan technician.
  14. Tanpa kapasitas technician yang cukup, cepat atau lambat, kualitas produk perusahaan akan menurun, komplain akan muncul di sana sini, pelanggan merasa mi pangsitmu terlalu asin, koki di dapur komplain karena kamu lupa membayarkan bonus dan lemburnya (karena terlalu sibuk), kamu lupa bahwa sewa tempat usaha habis dalam waktu 1 bulan dan lupa memperpanjang dengan pemiliknya (karena terlalu sibuk), atau bahkan kamu lupa menjemput anak sekolah tepat waktu (karena terlalu sibuk).
  15. Dan satu lagi hal yang memperparah keadaan, meskipun kamu juga adalah entrepreneur dan manager, tetapi pelanggan hanya mengenalmu sebagai technician. Keunggulan produkmu hanya dikenal baik selama memang hanya kamu yang mengerjakan operasional teknis untuk pelanggan. Pembeli tidak mau dilayani orang lain selain kamu! Pada titik ini, si pemilik usaha berharap “andai sejak awal aku tidak menjadi technician di perusahaanku sendiri”.
  16. Pada akhirnya kamu tetap menjadi pegawai. Pegawai tanpa batas jam kerja yang jelas. Pegawai dari bisnismu, yang meskipun menghasilkan pendapatan yang cukup baik, tanpa tanda yang jelas di mana garis finish dari kompleksitas ini.
  17. Bisnis yang baik membuat pelanggan dapat membeli produk bagus yang dihasilkan oleh bisnismu. Tetapi jika pelanggan hanya mau membeli produk bagus yang dihasilkan oleh kamu (dan hanya kamu seorang), bisnismu sedang berada dalam masalah.
  18. Oke, oke, masalah sudah cukup jelas sekarang
    yang dibutuhkan pada fase berikutnya adalah bantuan dari tambahan pegawai.
  19. Ada 1 bencana yang jarang diketahui dari memiliki seorang pegawai, apa itu? multiple job purpose, atau biasa disebut dengan istilah “SERABUTAN”.
  20. Salah satu kesalahan dalam melakukan delegasi kepada bawahan adalah memberikan tugas yang tidak spesifik, sehingga orang tersebut melakukan banyak fungsi tugas, dan tidak jarang, tanpa supervisi bagaimana hasil akhirnya.
  21. Meskipun terlihat efisien, karena sedikit orang mengerjakan banyak fungsi tugas, tetapi ada beberapa kelemahan dengan model delegasi seperti ini :
    • Satu orang mengerjakan banyak fungsi, tidak tereksekusi sebaik jika satu orang hanya mengerjakan satu fungsi.
    • Tanggung jawab suatu tugas menjadi kurang jelas, jika pekerjaan di hari 1 dikerjakan orang A tetapi di hari 2 dilakukan oleh orang B.
    • Penilaian satu tugas spesifik tidak dapat dilakukan karena individu penanggung jawab suatu fungsi kerja tidak dapat diukur. Ketika pesanan lupa dikirim ke pelanggan, siapa yang bertanggung jawab tidak dapat dengan jelas ditentukan.
  22. Dan akhir dari semua kompleksitas di atas hanya berujung pada satu kondisi, pemilik usaha, pada akhirnya harus kembali turun mengerjakan pekerjaan technician karena sindrom “Semua orang tidak kompeten dan tidak peduli, I’ll do it myself!”.
  23. Semua peran memiliki batasan, orang yang menjalankan suatu peran melebihi batasannya akan gagal mengerjakan tugasnya dengan baik.
    • Technician, memiliki batasan seberapa banyak pekerjaan teknis yang dapat ia lakukan sendiri.
    • Manager, memiliki batasan seberapa banyak technician yang dapat ia supervisi dengan standar hasil kerja tertentu, dan berapa banyak manager lain di bawahnya yang dapat ia tangani dengan tetap mempertahankan level produktivitas.
    • Entrepreneur, memiliki batasan seberapa mampu ia mengelola para manager sebagai perpanjangan tangan, untuk dapat mencapai visi dari entrepreneur.
  24. Sebagai entrepreneur, seseorang memiliki tanggung jawab untuk memastikan semua poin di atas teratasi, tetapi tidak sedikit entrepreneur yang terpaksa bertanggung jawab ke semua fungsi karena delegasi bukan semudah memasak mi instan. Endingnya, bukan pemilik memiliki bisnis, tetapi bisnisnya yang mengontrol hidup pemiliknya.


    ================